Ramen Sanpachi (Ramen 38)

5 Jul

Yiiiiipppppiiiiiiiieeeeeeeee….dah masuk bulan Juli aja ya? Waktu berlalu begitu cepat banget ya. Hmmmmm… saya punya cerita tentang jalan-jalan kuliner saya lagi niy. Ya tepatnya tanggal 1 Juli, ketika uang gaji baru saja tiba di tangan dan kaki mulai gatal karena tak sabar untuk jalan-jalan, tetapi sungguh malang teman-teman dekat saya seperti” Pepi the Explorer” tidak bisa menemani karena jarak yang memisahkan kita (lebay sangat..) dan teman berkelana saya yang lain yaitu “dini” tidak bisa menemani juga karena kejamnya pekerjaan. Alhasil tadinya saya ingin langsung pulang kerumah, tetapi ternyata bunyi sms mengagetkan saya di tengah jalan ketika bus yang saya tumpangi berada di lampu merah ulujami sebelum cipulir. Dan sms tersebut berisi “Da, sampachi ramen yuuk!” yang di kirim oleh seorang sensei yang belakangan sering menemani saya untuk berwisata kuliner. Tidak lain dan tidak bukan dia adalah “Sensei Prisda”. Teringat kalau saya dan Prisda San mempunyai list restaurant yang cukup banyak dan belum sempat kami kunjungi. Tanpa pikir panjang dan lebar, saya memutuskan untuk menerima ajakan tersebut.

20 menit kemudian, saya sampai di TKP yaitu di gedung kamome yang berada tidak jauh dari taman barito atau lebih lengkapnya Jl. Melawai Raya 189B. Ternyata saya sampai 10 menit lebih cepat dari waktu yang kita sepakati. Menunggulah saya di pintu masuk. Ternyata Prisda San telat katanya siy macet. Saya disarankan untuk masuk dan keliling dulu di dalam, tetapi pas saya masuk, Kamome gedungnya sempit, jadi yang saya tuju adalah Toilet. Setelah dari Toilet masih bingung mau kemana lagi sementara Prisda San belum sampai juga, alhasil saya menunggu kembali di depan pintu berharap Prisda San segera datang. Kira2 15 menit saya menunggu dan akhirnya ada titik cerah dari sebuah Taksi berwarna putih, turunlah Prisda San. Akhirnya penantian saya selesai juga.

Perjalanan dilanjutkan menuju lantai 2 gedung Kamome, yaitu Sampachi Ramen (38 Ramen). Restaurantnya  cukup kecil dan terkesan panas. karena pendingin ruangan cuma ada 1 dan selebihnya memakai kipas angin.

Ramen 38 tampak depan

Ramen 38 sisi dalam

saya masih bingung ramen apa yang harus saya pesan. Inginnya mencoba ramen yang dingin, cuma Prisda San bilang tidak terlalu enak.  Btw, jangan heran jika Anda bingung saat membaca menu. Selain menu ramen, masih banyak sederet menu lain seperti yaki gyoza, shumai, wantan soup, kani shumai, maboh don, tenshin don, dan lainnya. Untungnya, pihak restoran menglasifikasi menu-menu makanan yang halal dan yang non-halal (mengandung babi). Klasifikasi tersebut berupa simbol warna pada setiap menu makanan. Warna merah berarti mengandung babi, warna kuning berarti Anda dapat mengganti komposisi makanan tersebut dengan babi, dan warna biru berarti makanan tersebut sama sekali tidak mengandung babi. Selain itu, untuk beberapa menu—pada ramen khususnya—Anda dapat menentukan tingkat kepedasan makanan dengan range 1-10. Semakin tinggi angkanya, tentu semakin pedas.

Setelah berbingung ria, akhirnya saya meminta rekomendasi dari pelayan dan saya  mendapat rekomendasi dari pelayan katanya menu terfavoritnya adalah Jigoku Ramen.

Menu Ramen From Hell

Saya tertarik untuk mencobanya. Apalagi ada pilihan level untuk tinggat kepedasannya. Saya memesan Jigoku Ramen Level 2 Halal. Sedangkan Prida San memesan Ramen yang full telur, saya lupa namanya dan tentunya Halal. Setelah menunggu beberapa menit, pesanan kami pun  datang.

Jigoku Ramen (Ramen from Hell)

Ramennya Prisda San

Dengan porsi yang sangat besar saya tidak yakin untuk menghabisinya, tetapi Prisda San meyakini saya kalo tidak habis dia yang akan menghabiskannya. Saya meminta Prisda San untuk mencoba menu yang saya pesan, dan saya agak kaget ketika dia bilang “Aduh da…ini pedes banget.” wah langsung parno lah saya, secara saya tidak suka rasa pedas (gak suka pedas tapi sok2an pesen jigoku ramen..hehehehehe). Setelah mencobanya…ternyata beneran pedes…langsung gatal dech kulit kepala kalau makan pedas. Tetapi untuk mengakali itu semua, kita meminta mangkok tambahan untuk meracik kedua ramen tersebut sehingga saya dan Prisda San bisa menikmati ramen tersebut.

Oya harga dari seporsi Jigoku ramen seharga rp. 50.000,- dan Ramen yang Prisda San pesan juga sama. Worth it lah harga dan porsi. Saran saya kalau kalian mau kesana, apalagi tidak bisa makan banyak lebih baik 1 porsi untuk dimakan berdua karena porsinya cukup besar dan mengenyangkan. Hmmm…tertarik mencoba ramen from Hell?

4 Responses to “Ramen Sanpachi (Ramen 38)”

  1. D3pd July 7, 2010 at 12:20 pm #

    Owalah, ramen itu makanan seperti ini tah, hampir menyerupai mie goreng atau mie rebus ya, bedanya warna kuahnya saja… 🙂

    • idakirei July 7, 2010 at 2:36 pm #

      ya secara arti ramen itu kan mie..kapan2 kita makan sushi yuuuk!!!

  2. heni December 19, 2010 at 1:23 pm #

    wah mie rebus gitu aja kok jadi heboh.. sama kayak mie abc selera pedas dong.. jigoku ramen nya, kalau ramennya prisda san kayak mie sedap rasa kare dikasih sedikit santan ma telur rebus 1/2 matang.. itu ajah udah maknyus poll murah meriah sruupuuut srruuupuuuut… jadi kepengen bikin ahh masih ada stok mie di rumah…hehehehehehe

Trackbacks/Pingbacks

  1. 2010 in review « - January 3, 2011

    […] Ramen Sanpachi (Ramen 38) July 2010 2 comments […]

Leave a reply to heni Cancel reply